Serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDSN) telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan serangan lanjutan terhadap data kesehatan.
Ransomware adalah variasi malware berbahaya yang digunakan oleh peretas untuk mengunci akses ke data korban dan meminta uang tebusan agar data tersebut dapat dikembalikan.
Untuk mencegah potensi serangan di masa depan, Dr. Erza Aminanto, Asisten Profesor dan Koordinator Program Magister Keamanan Siber di Monash University Indonesia, menekankan pentingnya memperkuat keamanan siber.
Menurutnya, menerapkan langkah-langkah keamanan siber secara menyeluruh tidaklah mudah karena memerlukan investasi besar dalam infrastruktur, teknologi, dan sumber daya manusia. Ancaman ransomware terus berkembang, dan peretas selalu mencari cara baru untuk menembus pertahanan, sehingga pendekatan proaktif, adaptif, dan kolaboratif sangat penting dilakukan sejak dini.
Kolaborasi antara sektor swasta dan publik juga diperlukan, di mana pemerintah perlu bekerja sama dengan perusahaan teknologi dan organisasi non-pemerintah untuk berbagi informasi dan sumber daya dalam menghadapi ancaman siber. Inisiatif ini bisa mencakup pembentukan pusat tanggap nasional untuk serangan siber, program pelatihan keamanan siber, dan kampanye layanan masyarakat.
Ransomware merupakan jenis malware yang meminta tebusan untuk mengembalikan akses terenkripsi. Penyebarannya dapat melalui email phishing atau eksploitasi celah keamanan.