Saturday, September 21, 2024
HomeprabowoLEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS

LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh kita lebih banyak dalam hal kekuatan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pemimpin kita, jujur, patriotik, cerdas, rajin, dan tidak pernah tunduk pada dominasi negara asing, kita berhasil mengatasi segala rintangan berulang kali.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, dia berhasil memperdaya Belanda dua kali dengan ‘perang semu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, terbukti berulang kali bahwa kunci kemuliaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar semboyan yang relevan untuk setiap prajurit dalam periode yang berbeda: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya komandan buruk’.

Saya belajar semboyan lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh harimau akan mengaum, tetapi seribu harimau yang dipimpin oleh kambing akan mengembik’.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Dia juga teguh dan gigih menghadapi kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika dia pertama kali mengangkat senjata dan bertempur melawan Belanda pada awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Ketika dia berusia 29 tahun, dia berpura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Dia disambut langsung oleh Gubernur Van Teijn, yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati Aceh.

Teuku Umar membuktikan kebernilaiannya kepada Belanda dengan menghancurkan pos pertahanan Aceh. Akibatnya, dia diangkat sebagai pemimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang admiral.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan awak kapal ditawan oleh Raja Teunom, yang menuntut uang tebusan. Pemerintah Kolonial Belanda menugaskan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, dia menuntut agar diberikan banyak peralatan dan senjata. Belanda memenuhi permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut dengan kabar bahwa prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semuanya tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar telah membelot dan berpihak kepada Aceh melawan Belanda, membuat Belanda terkejut.

Perang panjang antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk merancang strategi baru, menggunakan trik lama yang sudah dia ketahui dengan baik. Sebagai master tipu daya yang sejati, sepuluh tahun kemudian, dia menyerahkan diri kepada Belanda lagi. Dia melakukan ini dengan mengadakan ‘pertempuran semu’ dan mengerahkan pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal Utama-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang kamu duga, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Dia mengambil pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 dalam uang tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terkepung ketika dia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan pasukannya dikelilingi. Dia dan pasukannya memilih untuk langsung melawan Belanda dan bertempur sampai akhir. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai seorang pahlawan.

Source link

ARTIKEL TERKAIT

paling populer