Rabu, 4 September 2024 – 16:27 WIB
Purbalingga, VIVA – Sebuah penampilan arakan karnaval, yang merupakan gabungan dari 18 desa melintas di Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah, pada 31 Agustus 2024 lalu.
Baca Juga :
Heboh Aksi Pedagang Diganggu Panitia Karnaval yang Mabuk, Korban Malah Dikeroyok Massa
Arakan yang digadang-gadang sebagai yang terpanjang tersebut diikuti oleh sekitar 200 orang, dalam rangka memperingati HUT RI ke-79. Scroll untuk tahu keseruannya, yuk!
Slamet Santosa, pegiat Seni Kie Art menjelaskan, arakan terpanjang ini memiliki dasar yang kuat, karena merupakan sebuah reka ulang peristiwa sejarah Pejuang Lokal Purbalingga, dengan nuansa peperangan antara pasukan Mangkubumi dan pasukan Paku BuwonoII dalam perang Jenar.
Baca Juga :
Menko Airlangga Apresiasi Tradisi Masyarakat Menjaga Budaya dengan Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
“Pengenalan kembali sejarah masa lalu ini bertujuan untuk dapat memperkenalkan kembali kepada generasi muda dan mengapresiasi leluhur kita,” ujar Slamet dalam keterangannya, dikutip Rabu 4 September 2024.
Baca Juga :
Cekcok saat Karnaval 17-an, Tawuran Warga Pecah di Jakpus
Sang istri, Gita Yohanna Thomdean, selaku art director dan pegiat Kie Art, menambahkan bahwa atraksi yang dilakukan oleh Pemuda Kie Seni yang menggambarkan reka ulang dari Peperangan Jenar ini memiliki tujuan besar.
“Yaitu untuk mengingatkan masyarakat Indonesia agar tidak melakukan kesalahan yang sama, terpecah belah dalam sebuah perang saudara, untuk tidak mudah diadu domba dan selalu waspada terhadap penjajah yang kini hadir dalam berbagai bentuk di zaman yang serba modern ini. Terlebih, penjajahan saat ini dapat datang dari bangsa sendiri,” papar Gita.
Lebih lanjut Gita berharap, arakan karnaval ini tidak hanya menjadi tontonan semata, tetapi juga dapat menggerakkan masyarakat untuk kembali menghargai sejarah masa lalu.
“Karenanya tampak 2 pemudi desa berkebaya Jawa yang membawa ratusan gulungan surat yang dibagikan ke masyarakat di sekitar arakan. Surat bercerita akan sejarah Ki Arsantaka sang penggagas Kadipaten Purbalingga, di masa lalu ini mengingatkan bahwa tinggi rendahnya derajat suatu bangsa terletak pada budaya bangsanya,” jelasnya.
Keautentikan dari seni budaya Jawa pun ditampilkan dengan adanya sulukan (kidung Jawa) oleh sesepuh desa Admin Budiarjo, di mana sulukan tersebut bercerita tentang gagah beraninya Ki Arsantaka dengan sikap kepemimpinan yang bijaksana dan menjadi tauladan rakyatnya.
Slamet Santosa menceritakan, beberapa iringan gending perang merupakan hasil karya sendiri dari Pemuda Kie Seni, di mana pemain karawitannya juga sangat bervariasai mulai dari anak SD, remaja dan juga pemuda.
Atraksi ini diakhiri dengan Ki Arsantaka yang diperankan oleh Camat Sugeng Riyadi, dengan memberikan gulungan surat kepada Bupati Purbalingga, yang berisi harapan untuk menjadikan Kota Purbalingga agar mengangkat tokoh-tokoh lokal Purbalingga dalam event autentik sebagai wujud apresiasi.
Halaman Selanjutnya
Lebih lanjut Gita berharap, arakan karnaval ini tidak hanya menjadi tontonan semata, tetapi juga dapat menggerakkan masyarakat untuk kembali menghargai sejarah masa lalu.