Dr. Pranav Honnavara Srinivasan, seorang ahli gastroenterologi di Fortis Hospitals, menyatakan, “Daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki sifat obat dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah pencernaan, metabolik, dan inflamasi. Komposisi kimianya mengandung senyawa bioaktif yang dapat memberikan manfaat kesehatan.”
Meskipun senyawa-senyawa ini menunjukkan potensi terapeutik dalam penelitian laboratorium atau pada model hewan, Srinivasan memperingatkan bahwa “Konsentrasi yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang nyata jauh lebih tinggi dari jumlah yang biasa dikonsumsi dalam diet sehari-hari.”
Ia memberikan contoh bahwa penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Food & Function menunjukkan bahwa dosis terapeutik quercetin memerlukan konsumsi beberapa gram daun jambu biji setiap hari, yang tidak hanya tidak praktis tetapi juga berisiko karena efek samping dari tannin. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait konsumsi daun jambu biji.
Pertama, gangguan pencernaan dapat terjadi jika daun ini dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yang bisa menyebabkan mual, sembelit, atau perut kembung akibat kandungan tannin dan serat yang tinggi.
Kedua, untuk wanita hamil atau menyusui, tidak ada cukup bukti klinis yang menunjukkan bahwa daun jambu biji aman untuk mereka. Tannin dan senyawa lain dalam daun tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal.
Ketiga, daun jambu biji dapat meningkatkan efek obat antidiabetes, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia. Selain itu, daun ini juga berpotensi berinteraksi dengan obat pengencer darah karena kemampuannya yang dapat sedikit mengencerkan darah.
Terakhir, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi seperti gatal, pembengkakan di area mulut, atau dermatitis setelah mengonsumsi daun jambu biji. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menambahkan daun ini ke dalam diet sehari-hari.