Pada akhir tahun 2024, masyarakat Desa Serangan, Denpasar, Bali, menggelar upacara Mahayu Jagad dengan melakukan upacara Memintar, yang bertujuan untuk menghilangkan wabah penyakit atau penolak bala. Upacara ini dihadiri oleh sekitar 2000 warga Desa Serangan dari 6 banjar dan merupakan bagian dari rangkaian Pemintaran Ida Bathara Kala Pelawatan yang diselenggarakan pada Senin, 30 Desember 2024. Wakil Bendesa Adat Serangan, Wayan Astawa, menjelaskan bahwa upacara Memintar dilakukan dengan mengelilingi Pulau Serangan dan 7 pura yang berada di dalam KEK Kura-Kura Bali, tradisi ini telah dilakukan sejak tahun 1965. Ritual Memintar diadakan setiap tahun pada tilem ke enam. Sebelum acara Memintar, masyarakat Serangan melakukan vibrasi Mecaru selama sebulan untuk menentukan tilem ke enam. Selain itu, tradisi Memintar yang awalnya melintasi hutan-hutan kini lebih mudah dilakukan setelah Pulau Serangan menjadi KEK Kura-Kura Bali. Kepala Komunikasi PT Bali Turtle Island Development (BTID), Zakki Hakim, menyatakan dukungan terhadap kegiatan tradisi adat dan budaya oleh Masyarakat Serangan, serta membuka akses untuk warga dalam pelaksanaan ritual Memintar setiap tahun. Tradisi Memintar sendiri bermula dari tahun 1950-an sebagai upaya tolak bala ketika wabah penyakit menyerang Desa Serangan, menyebabkan banyak korban meninggal. Dengan dilakukannya ritual Memintar dan pengeluaran Pretima dari Pura, wabah penyakit berhasil dihilangkan. Modernisasi Pembangunan Kura-Kura Bali membantu memperlancar tradisi Memintar ini, dengan perbaikan jalan dan sarana akses yang memadai. Jumlah pemedek yang ikut dalam tradisi ini pun bertambah dari tahun ke tahun, sehingga komunikasi dengan pihak desa dan keamanan selama pelaksanaan ritual menjadi prioritas.