Seiring dengan tren global yang mengutamakan kesehatan anak-anak terkait penggunaan layar, Singapura juga mengambil langkah serupa. Negara-negara lain seperti Brasil dan Australia telah mengesahkan undang-undang yang membatasi waktu anak-anak menatap layar gadget. Di Singapura sendiri, penelitian dari “Growing Up in Singapore Towards Healthy Outcomes” dan “Singapore Longitudinal Early Development Study” menunjukkan bahwa pemakaian layar yang berlebihan pada anak-anak dapat berdampak pada keterlambatan perkembangan kognitif dan masalah perilaku. Institute of Mental Health (IMH) juga merilis data baru yang menunjukkan bahwa 46,4% warga Singapura usia 15-21 tahun mengalami masalah penggunaan ponsel cerdas, yang dapat berkontribusi pada kesehatan mental yang buruk. Melihat temuan ini, para ahli menekankan pentingnya orang tua dalam memberikan contoh perilaku layar yang sehat dan memastikan anak-anak memiliki keseimbangan antara pengalaman digital dan offline selama masa pertumbuhan.