Sindrom Brugada adalah kelainan genetik langka yang memengaruhi sistem kelistrikan jantung dan dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Kondisi ini sering kali tidak menunjukkan gejala hingga munculnya gangguan irama jantung yang fatal. Meskipun dapat terjadi pada usia berapa pun, Sindrom Brugada lebih sering ditemukan pada pria, terutama di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Gejala Sindrom Brugada bervariasi, mulai dari jantung berdebar, sesak napas, dan nyeri dada, hingga pingsan dan kejang. Namun, yang paling berbahaya adalah ketika penderita tidak merasakan gejala apa pun hingga mengalami henti jantung mendadak. Beberapa faktor pemicu yang dapat memperburuk kondisi ini antara lain demam tinggi, dehidrasi, konsumsi alkohol berlebihan, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Menurut dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.J.P Subsp.Ar (K), FIHA, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Aritmia RS Pondok Indah – Pondok Indah, banyak kasus kematian mendadak pada anak bukan disebabkan oleh penyakit jantung bawaan, melainkan kondisi seperti Sindrom Brugada yang sering kali terlambat terdiagnosis. Ia juga menjelaskan bahwa kondisi ini dapat muncul saat tidur, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.