Sejumlah eksekutif perusahaan kripto memprediksi bahwa ketegangan perdagangan internasional yang meningkat berpotensi mempercepat adopsi kripto institusional. Menurut mereka, ketidakpastian ekonomi biasanya mendorong minat institusional pada aset digital sebagai strategi diversifikasi. Laporan Binance juga menunjukkan bahwa Bitcoin (BTC) menunjukkan ketahanan di tengah turbulensi pasar, menunjukkan potensi mata uang kripto sebagai lindung nilai terhadap gangguan geopolitik. Dalam kondisi di mana saluran perbankan tradisional terjerat dalam ketegangan geopolitik, permintaan untuk solusi penyelesaian berbasis blockchain di luar jaringan perbankan koresponden konvensional meningkat.
Nicholas Roberts-Huntley, pendiri dan CEO Concrete & Glow Finance, juga mencatat bahwa protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi) kini berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan gejolak perdagangan. DeFi dapat memberikan akses kredit, hasil, dan perpindahan modal yang netral dan terbatas. Meskipun begitu, harga kripto tetap dipengaruhi oleh pasar secara keseluruhan di masa depan, kata Aurelie Barthere, seorang analis riset di Nansen. Dia menyatakan bahwa jika aksi jual terus berlanjut, kripto akan berperilaku sebagai aset risiko beta yang lebih tinggi yang berkorelasi dengan aset berisiko saat ini.
Pada tanggal 9 April 2025, Trump mengumumkan penangguhan sebagian tarif impor sementara sekaligus menaikkan pungutan atas barang impor Tiongkok hingga 125%. Dampak dari keputusan itu terlihat ketika indeks saham terbesar AS, S&P 500, melonjak lebih dari 8%, membalikkan sebagian kerugian terkait pengumuman tarif sebelumnya. Hal tersebut juga berdampak positif pada harga spot Bitcoin dan total kapitalisasi pasar mata uang kripto, yang naik sekitar 8% pada perdagangan akhir hari tanggal 9 April.