Seorang petugas satuan tugas (satgas) di Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh bernama Wahidin meninggal dunia setelah membantu mengamankan aksi mahasiswa setempat, serta beberapa orang lainnya mengalami luka-luka. Rektor Unaya, Dr. Nurlis Effendi mengungkapkan bahwa Wahidin meninggalkan istri dan lima orang anak. Selain itu, beberapa orang lainnya yang mengalami luka-luka sedang menjalani perawatan di RS Pertamedika, Banda Aceh. Effendi menegaskan bahwa tindakan berunjuk rasa seharusnya dilakukan dengan cara yang tertib tanpa anarkis, seperti melempari batu dan mendobrak gerbang.
Meskipun mahasiswa berhak untuk menuntut pendidikan yang layak, namun Effendi mengecam unjuk rasa yang bersifat anarkistis. Selama aksi berlangsung, kampus masih kosong dan hanya tim Satgas yang dibentuk oleh pemilik perguruan tinggi yang berada di sana. Effendi juga menekankan bahwa kampus selalu terbuka untuk aktivitas belajar mengajar yang normal. Ia telah membuat pengumuman agar proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa, tanpa adanya penutupan kampus.
Anggota Satgas Universitas Abulyatama (Unaya) meninggal dunia dalam pengawalan aksi demo mahasiswa, menunjukkan betapa pentingnya melakukan tindakan protes secara damai. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan menyuarakan tuntutan dengan cara yang aman dan teratur merupakan hal yang patut diapresiasi dalam menyuarakan aspirasi. Keselamatan dan kesejahteraan seluruh pihak harus menjadi prioritas utama dalam setiap unjuk rasa yang dilakukan.
