Dalam beberapa tahun terakhir, penyaluran ketamin ke fasilitas pelayanan kefarmasian mengalami peningkatan signifikan. Data menunjukkan bahwa peredaran ketamin injeksi meningkat dari 134 ribu vial pada tahun 2022 menjadi 235 ribu vial pada tahun 2023, dan melonjak menjadi 440 ribu vial pada tahun 2024. Hasil temuan BPOM juga menunjukkan adanya penyimpangan peredaran ketamin injeksi di 7 provinsi di Indonesia, termasuk Lampung, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat.
Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan penyimpangan tertinggi, dengan mencapai 5.840 vial ketamin. Sementara itu, Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat juga menunjukkan angka penyimpangan yang signifikan, masing-masing dengan jumlah vial yang mencapai 4.074, 3.338, dan 1.865. Peredaran ketamin yang tidak terkontrol ini menjadi perhatian serius untuk dilakukan tindakan preventif guna meminimalisir dampak negatifnya.
Dengan adanya peningkatan yang signifikan dalam penyaluran ketamin, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap peredaran obat tersebut di masyarakat. Hal ini akan membantu dalam mencegah penyalahgunaan dan menyelamatkan nyawa banyak orang. Jadi, penting bagi pihak terkait untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna mengendalikan peredaran ketamin secara efektif dan aman.
