Elon Musk, donatur terbesar untuk kampanye Trump dalam Pilpres AS 2024 namun kini menjadi pihak yang berseberangan, adalah salah satu kritikus utama dari “One Big Beautiful Bill Act”. CEO Tesla dan SpaceX, Musk, mengungkapkan keprihatinannya terhadap RUU tersebut pada Sabtu (29/6), menyatakan bahwa RUU tersebut akan merusak jutaan pekerjaan di AS dan berpotensi menyebabkan kerugian strategis besar bagi negara tersebut.
Menurut CBS News, Musk menganggap pengesahan One Big Beautiful Bill Act akan menjadi “bunuh diri politik bagi Partai Republik”. Komentar-komentar kritis Musk ini kembali memperuncing konflik yang sedang berlangsung antara dirinya sebagai mantan kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) dan pemerintahan yang baru-baru ini ia tinggalkan.
Musk menentang RUU tersebut terutama karena besarnya anggaran yang diusulkan dan ketentuan-ketentuan kontroversial di dalamnya. Tanggapannya atas tingkat belanja pemerintah yang tercantum dalam RUU tersebut adalah bahwa hal itu “gila”, dan dia sangat menentang rencana menaikkan plafon utang negara sebesar USD 5 triliun.
Namun demikian, kritik Musk terhadap RUU tersebut juga memiliki implikasi langsung terhadap bisnisnya. Tesla, yang dikenal sebagai produsen mobil listrik dan penyedia solusi energi terbarukan, sangat bergantung pada insentif pemerintah. Analisis JPMorgan Chase menunjukkan bahwa penghapusan kredit pajak kendaraan listrik yang dimuat dalam RUU tersebut dapat membawa kerugian hingga USD 1,2 miliar bagi Tesla.
Dalam laporan tahunannya, Tesla mengakui bahwa penghentian program-program insentif tersebut dapat merugikan bisnis mereka karena produk mereka menjadi kurang bersaing di pasar. Kritik Musk terhadap RUU One Big Beautiful Bill Act menunjukkan perjuangannya dalam melindungi kepentingan bisnisnya sambil juga mengekspresikan keprihatinannya terhadap kebijakan pemerintah yang dapat berdampak luas.
