Kelompok pertama menguji celana dalam berbahan 100 persen polyester, sementara kelompok kedua menggunakan 100 persen katun, dan kelompok ketiga mencoba kombinasi 50 persen katun dan 50 persen polyester. Selama uji coba satu jam, potensi elektrostatik diamati, yang dapat mengacaukan fungsi testis. Hasilnya, kelompok yang memakai 100 persen katun tidak menunjukkan potensi elektrostatik, sementara kelompok dengan bahan 100 persen polyester mengalami potensi elektrostatik tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahan polyester berpotensi mengganggu fungsi testis dan sebaiknya dihindari untuk penggunaan sehari-hari, terutama sebagai pakaian dalam pria. Memilih celana dalam yang terbuat dari bahan organik seperti katun dapat menjadi pilihan yang lebih aman dan nyaman. Bahan organik tidak hanya baik untuk kesehatan tetapi juga berkelanjutan untuk lingkungan. Bahan ini terkenal akan kelembutannya, sirkulasi udara yang baik, dan daya tahannya. Itu membuatnya cocok untuk kulit sensitif, alergi, dan masalah kulit lainnya seperti eksim.
Dari segi kenyamanan dan kebersihan, celana dalam berbahan katun memiliki kemampuan menyerap keringat, lembut, dan memberikan rasa nyaman saat digunakan. Sirkulasi udara yang baik pada bahan katun membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan. Selain katun, bahan lain seperti bamboo juga semakin populer karena sifat ramah lingkungan dan kelembutan yang ditawarkannya. Bahan ini memiliki sifat antimikroba dan mampu menyerap kelembapan alami, menjadikannya pilihan yang bagus untuk celana dalam pria. Wol merino, di sisi lain, cocok untuk mereka yang tinggal di daerah dengan iklim dingin. Wol ini mampu menyerap kelembapan alami dan mengatur suhu tubuh, sehingga tetap hangat dan nyaman digunakan sehari-hari. Meskipun harganya cenderung mahal, manfaat yang ditawarkan oleh wol merino sepadan dengan investasi yang dikeluarkan. Dengan demikian, memilih bahan celana dalam yang tepat merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan pria.
