Harga Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan dan penurunan sebelum akhirnya kembali stabil di atas USD 108.000 atau sekitar Rp 1,79 miliar pada 23 Oktober 2025. Pasar cryptocurrency mengalami volatilitas tinggi karena aksi jual investor dan peningkatan arus masuk ETF spot. Investor tetap berhati-hati menyusul rilis data inflasi Amerika Serikat (CPI) yang dijadwalkan pada 24 Oktober 2025.
Data Coinmarketcap.com menunjukkan kenaikan harga Bitcoin sebesar 1,01% dalam 24 jam terakhir, meskipun mengalami penurunan 2,32% selama seminggu terakhir. Saat ini, harga Bitcoin stabil di sekitar USD 109.072,50. Beberapa analis mencatat bahwa Bitcoin menguji area support di USD 106.100 setelah tidak mampu menembus resistance atas, di tengah kekuatan dolar AS dan pelemahan harga emas.
Analis dari Tokocrypto menyebutkan bahwa pergerakan harga Bitcoin masih dipengaruhi oleh likuiditas jangka pendek dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS. Meskipun arus masuk ETF memicu rebound teknikal, tekanan makroekonomi masih membatasi potensi kenaikan harga yang lebih agresif. Analis juga mengamati bahwa data CPI September akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah kebijakan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) AS.
Mereka memperkirakan bahwa CPI yang lebih lemah dapat membuka peluang untuk penurunan suku bunga, yang pada gilirannya dapat memperbaiki sentimen terhadap aset kripto termasuk Bitcoin. Minggu ini diprediksi sebagai periode penting bagi pasar aset berisiko dengan kemungkinan pengaruh dari CPI terhadap keputusan the Fed.


