Saturday, September 21, 2024
HomeprabowoLIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Para Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan dari generasi 45. Wajahnya simpatik. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan luas. Dia fasih berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh kepercayaan diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia religius dan rajin ke masjid. Dia adalah orang pertama yang aktif dalam menekan beberapa perilaku yang kurang teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya baru saja menjadi Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Panglima KOPASSANDHA pada saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, penampilan fisiknya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut yang pendek, kumis yang terawat dengan baik, dan seragam yang pas dengan sempurna. Tidak satu pun sentimeter lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan otot biceps dan triceps besarnya. Dia tegas namun simpatik.

Dia adalah contoh dari generasi ’45, memancarkan keseluruhan kepercayaan diri setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan luas, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat religius dan rajin ke masjid. Dialah yang pertama kali mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di Korps Baret Merah.

Pada waktu itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus baik dalam minum-minum alkohol dan unggul dalam ‘keusilan’ lainnya.

Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, meskipun kursi di depan kosong. Saat itu, mobil dinas Panglima KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Bagi dia, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang mendefinisikan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam sebuah operasi pemberantasan DI/TII di bawah komando Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Panglima Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira tentara yang disebut P3AD di Bandung. Inilah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link

ARTIKEL TERKAIT

paling populer