Thursday, November 14, 2024
HomeprabowoLaksamana Marquis Tōgō Heihachirō - prabowo2024.net

Laksamana Marquis Tōgō Heihachirō – prabowo2024.net

Laksamana Togo Heihachiro: Kehidupan Seorang Stratejisi Militer

Lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan, Togo Heihachiro belajar menjadi seorang samurai sejak kecil, mengikuti jejak ayahnya. Namun, kisahnya dalam dunia maritim dimulai setelah terjadinya Insiden Namamugi pada tahun 1862.

Pada tahun tersebut, seorang pedagang Inggris tewas karena tidak menghormati seorang pejabat Jepang. Angkatan Laut Kerajaan Inggris kemudian membombardir kota pelabuhan Kagoshima, memicu Togo, yang saat itu berusia 15 tahun, untuk berjuang membela kampung halamannya.

Setahun setelah Insiden Namamugi, Togo menjadi anggota angkatan laut Jepang yang baru dibentuk pada usia 17 tahun. Dia ikut serta dalam perang saudara Jepang pada 1868 dan beruntunglah bahwa pihaknya keluar sebagai pemenang. Atasannya melihat potensi intelektual dalam dirinya dan mengirimnya untuk menjalani pelatihan, termasuk kursus bahasa Inggris.

Pada tahun 1871, Togo bersama sejumlah perwira lainnya dikirim ke Inggris untuk mengikuti kursus Perwira Angkatan Laut selama tujuh tahun. Meski menghadapi rasisme, Togo berhasil lulus sebagai peringkat kedua terbaik di kelasnya.

Togo kembali ke Jepang pada tahun 1878 dan diangkat sebagai Letnan. Dia ditugaskan di kapal baru Angkatan Laut Jepang dan enam tahun kemudian, dia diberi komando kapalnya sendiri. Selama tugas ini, Togo berinteraksi dengan rekan-rekan dari berbagai armada dunia.

Pada tahun 1894, Togo diberi komando sebuah kapal penjelajah selama Perang Tiongkok-Jepang pertama. Keberhasilannya dalam perang ini membawa dia naik pangkat menjadi Laksamana. Dan setahun setelah itu, dia diangkat sebagai kepala Akademi Angkatan Laut Jepang.

Selain fokus membangun kapabilitas Angkatan Laut Jepang, Togo juga memimpin upaya dalam mengatasi Pemberontakan Boxer di Tiongkok. Pada tahun 1903, Togo menjadi Panglima Tertinggi AL Jepang dan mendunia sebagai pemimpin Perang Rusia-Jepang.

Walaupun kekuatan AL Jepang kalah dengan AL Rusia, Togo berhasil memenangkan pertempuran Tsushima pada tahun 1905. Dari 36 kapal perang Rusia, dia berhasil menenggelamkan 22 kapal, hanya 3 yang berhasil kembali ke pelabuhan Rusia.

Togo meninggal pada tahun 1934 dan dihormati oleh sejumlah negara lainnya, termasuk Inggris dan AS. Salah satu pengagum terbesarnya adalah Chester Nimitz, komandan pasukan angkatan laut AS di Pasifik selama Perang Dunia Kedua.

Kisah hidup dan strategi perang Togo Heihachiro menginspirasi banyak orang, termasuk Prabowo Subianto, yang mengaku mengagumi ketabahan dan kemampuannya. Dalam mempelajari kisah hidup Togo, Prabowo belajar bagaimana strategi perang berkelanjutan dapat mengalahkan kekuatan besar Eropa, meskipun kalah jumlah.

Sumber: https://prabowosubianto.com/laksamana-marquis-togo-heihachiro/

Source link

ARTIKEL TERKAIT

paling populer