Indonesia dan Uni Eropa telah mencapai persetujuan penting dalam langkah menuju penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA). Kesepakatan ini diumumkan saat Presiden RI Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels. Von der Leyen menyoroti bahwa CEPA akan membuka peluang ekonomi besar di berbagai sektor sambil juga memperkuat rantai pasokan bahan baku penting untuk transisi energi dan digital. Pendekatan Eropa dalam kemitraan ekonomi ini didasarkan pada tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Prabowo menyambut baik kesepakatan ini, menganggapnya sebagai tonggak penting dalam hubungan ekonomi Indonesia-Uni Eropa. Ia menyampaikan bahwa negara-negara tersebut berhasil menyatukan kepentingan ekonomi yang saling melengkapi. Kemitraan strategis antara kedua belah pihak diharapkan bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi stabilitas ekonomi dan geopolitik dunia, terutama di tengah ketidakpastian global.
Kedua belah pihak juga menekankan pentingnya menciptakan lapangan kerja yang layak, menghormati lingkungan, dan fokus pada nilai tambah lokal dalam kerja sama ekonomi mereka. Hal ini dianggap sebagai langkah positif dalam menghadapi tantangan global. Seiring dengan kesepakatan ini, tidak ada isu besar yang menjadi hambatan antara Indonesia dan Uni Eropa lagi.
Kesepakatan CEPA ini juga menyoroti hubungan jangka panjang yang dapat diprediksi, dibangun atas dasar kepercayaan, saling menghormati, transparansi, dan nilai-nilai bersama antara kedua belah pihak. Diharapkan implementasi CEPA nantinya bisa ditandatangani di Brussels sebagai simbol komitmen bersama. Hal ini menandai awal baru dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan Uni Eropa dengan fokus pada peluang kerja, investasi, dan pertumbuhan bersama.
