Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D., menyambut baik diskusi untuk mencari solusi efisiensi beban penyakit dengue dan menekankan peran BPJS dalam memberikan perlindungan kesehatan.
“Dalam tahun 2023, pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan dengue mencapai Rp1,3 triliun. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya Rp626 miliar,” katanya.
Perwakilan PAPDI, Prof Dr dr Erni Juwita Nelwan SpPD-KPTI PhD, menyoroti pentingnya proteksi yang lebih luas dan vaksinasi dengue untuk kelompok usia 6 s.d 45 tahun. Menurutnya intervensi terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif, yaitu terhadap agen, inang, serta lingkungannya.
“Vaksinasi menjadi metode yang sangat penting untuk membantu memberikan perlindungan lebih baik dari ancaman keparahan DBD,” katanya.
“Terutama bagi orang yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, atau diabetes mellitus dan hipertensi, jika mengalami DBD berisiko lebih tinggi menjadi dengue berat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta,” Erni menambahkan.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI, Prof Dr dr Hartono Gunardi SpA(K), menambahkan bahwa anak-anak rentan terinfeksi dan mendukung penerapan program 3M Plus dan inovasi lainnya.
Dan, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, berkomitmen sebagai mitra aktif dalam edukasi dan pencegahan DBD di Indonesia. Dia mengajak semua pihak untuk bersama-sama berkomitmen dan aktif dalam edukasi pencegahan DBD serta mendukung inovasi seperti vaksin DBD.